POJOKSEMARANG.COM - Masyarakat di Kota Semarang Selasa (21/3) siang hingga sore akan disuguhkan arak-arakan Warak Ngendog, sebuah tradisi yang setiap tahun diadakan guna menyambut datangnya Bulan Ramadan.
Arak-arakan Warak Ngendog akan dimulai dari Balaikota Semarang mulai pukul 13.30 WIb. Arak-arakan akan bergerak dari Balaikota Semarang yang berada di Jalan Pemuda Semarang menuju Bank Mandiri di Jalan Pemuda lalu ke Quen City lalu ke Masjid Agung Semarang.
Arak-arakan Warak Ngendog dari Masjid Agung Semarang akan melanjutkan perjalanan menuju Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang berada di Jalan Gajah Raya Semarang.
Selain Warak Ngendog, arak-arakan puncak dugderan ini juga akan dimeriahkan berbagai pawai seni dan budaya seperti ada Pasukan Bregada dan Srikandi Sorogeni.
Baca Juga: Ramadan 1444 H, SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta Terjunkan Mubaligh Hijrah
Sorogeni sendiri diartikan sebagai semangat seperti api yang membara. Harapannya, dengan dibukanya Dugderan ini dapat menggambarkan semangat baru yang lebih kuat dari tahun sebelumnya.
Yang tidak akan kalah meriah, arak-arakan juga akan ada atraksi barongsai. Diperkirakan sepanjang jalan yang dilewati arak-arakan ini akan ditutup untuk masyarakat umum, sehingga diharapkan masyarakat menghindari jalan-jalan tersebut guna terhindar dari kemacetan.
Dikutip dari http://warisanbudaya.kemdikbud.go.id, tradisi ini sudah ada sejak tahun 1881, pada masa Bupati KRMT Purbaningrat. Tepat sehari menjelang bulan Ramadan, dipukullah bedug Masjid Besar Kauman disusul dengan penyulutan meriam di halaman pendapa kabupaten di Kanjengan. Bedug mengeluarkan bunyi “dug” dan meriam mengeluarkan bunyi “der” yang berkali-kali, akhirnya menjadi istilah Dugderan.
Baca Juga: Forum Keselamatan Sekolah Jadi Pilar yang Tekan Angka Kecelakaan Pelajar
Mendengar suara bedug dan meriam, masyarakat pun berkumpul di alun-alun di depan masjid Kauman, keluarlah Kanjeng Bupati dan Imam Masjid Besar memberikan sambutan dan informasi, salah satunya tentang penentuan awal bulan puasa. Prosesi tradisi Dugderan terdiri dari tiga agenda yakni pasar (malam) Dugderan, prosesi ritual pengumuman awal puasa dan kirab budaya Warak Ngendok. Tiga agenda tersebut yang sekarang menjadi satu kesatuan dalam tradisi Dugderan.
Warak Ngendok menjadi ikon tradisi Dugderan bahkan Kota Semarang hingga sekarang. Sebenarnya warak ngendok adalah hewan mitologi bentuknya perpaduan antara kambing pada bagian kaki, naga pada bagian kepala dan buraq di bagian badannya. Warak Ngendok sendiri berasal dari dua kata, yakni warak yang berasal dari bahasa arab “Wara'” yang berarti suci dan Ngendok artinya bertelur. Dua kata itu bisa diartikan sebagai siapa saja yg menjaga kesucian di Bulan Ramadhan kelak akan mendapatkan pahala di hari lebaran. (***)
Artikel Terkait
CEO XL Axiata Resmikan Masjid di Kabupaten Banggai
Forum Keselamatan Sekolah Jadi Pilar yang Tekan Angka Kecelakaan Pelajar
Perusahaan Hongkong Siap Investasi Rp700 M di Kendal, untuk Pengolahan Sampah Plastik
KAI Daop 4 Layani Kereta Panoramic
Ramadan 1444 H, SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta Terjunkan Mubaligh Hijrah